Assalamualaikum. Kali ini saya mau men-share sebuah tulisan :D
Tulisan ini dibuat dalam memenuhi tugas akhir Studi Islam III beberapa minggu yang lalu. Namun, saya tidak bisa menampilkan ayat dalam arabic. Mohon maaf. Selamat membaca. Semoga bermanfaat :)
Disebutkan dalam (QS Al-A’raaf: 10)
bahwa:
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat
sedikitlah kamu bersyukur.”
Allah SWT
telah mengkaruniakan kepada kita kekayaan alam untuk dimanfaatkan sebaik –
baiknya demi kebaikan umat di muka bumi ini. Perkembangan teknologi yang sangat
pesat khususnya dalam bidang kesehatan (pengobatan) mendorong umat muslim untuk
tetap dapat mengobati penyakit dengan cara yang Islami.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit beserta obatnya dan Dia
telah menjadikan setiap penyakit ada abatnya, maka berobatlah kalian dan jangan
berobat dengan barang yang haram” (H.R. Abu Dawud). “Sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang
ia haramkan atasmu” (H.R. Bukhari). Islam mengajarkan bagaimana adab
berobat seorang muslim yang benar. Salah satunya, Islam melarang berobat dengan
cara – cara yang mengandung nilai kemusyrikan dan bahan – bahan yang
diharamkan. Contoh pengobatan yang dicontohkan Al-Qur’an dan Rasulullah SAW
diantaranya ialah madu dan jinten hitam. Madu adalah
cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental,
dan berasa manis, dihasilkan olehlebah dan serangga lainnya dari
nektar bunga.
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan
Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS An-Nahl:69)
Selain madu, contoh pengobatan yang dicontohkan
oleh Al-Qur’an dan Nabi SAW yaitu Jinten Hitam atau (Habbatus saudah). Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu menggunakan habatussaudah karena sesungguhnya padanya
terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati.” (H.R. Abi Salamah
dari Abu Hurairah). Madu dan jintem hitam berdasarkan riset yang
telah dilakukan, keduanya memiliki banyak manfaat. Seperti yang kita tahu,
dalam perkembangan teknologi farmasi menimbulkan masalah yang lebih kompleks
seperti kontroversi penggunaan hewan uji dalam suatu riset, teknologi
transgenik, kloning, hingga mengenai dampak linngkungan hidup akibat banyak
bertumbuhnya industri farmasi yang dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Islam sebagai agama yang sempurna dalam ajarannya telah
mengajarkan kepada umatnya untuk tetap menyeimbangkan antara perkembangan
teknologi dengan nilai-nilai ilahiyah, sehingga kerusakan dimuka bumi dapat
terhindarkan. Allah SWT menciptakan sesuatu pasti ada manfaat dan tiada sia –
sia, termasuk hewan. Disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan Dia telah menciptakan binatang
ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai
manfa'at, dan sebahagiannya kamu makan.” (QS An-Nahl: 5)
Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu
negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan
kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl: 7)
“dan
(Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya.” (QS An-Nahl: 8)
Disebutkan
di atas bahwa Allah menciptakan hewan mempunyai banyak manfaat untuk manusia.
Selain itu, dalam Al-Baqarah ayat 29:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS
Al-Baqarah: 29)
Meskipun
Allah SWT menciptakan hewan untuk dimanfaatkan dengan baik oleh manusia, namun
Rasulullah SAW melarang memperlakukan binatang dengan baik. Islam tak hanya
mengajarkan “akhlak” kepada manusia terhadap sesamanya, namun terhadap hewan
pun kita juga harus mempunyai akhlak. Dalam hal ini, melakukan riset
menggunakan hewan uji seringkali hewan uji diberi perlakuan seperti menyuntik
(memberi obat), memberikan penyakit buatan, menyayat, dan yang lainnya.
Terlihat hal tersebut merupakan sebuah penyiksaan terhadap hewan, namun pada
hakikatnya saling berkaitan dua dasar (satu sama lain). Pertama, Allah SWT menciptakan segala sesuatu (bumi dan beserta
isinya) untuk manusia hal tersebut terdapat dalam Firman-Nya (QS Al-Baqarah:
29). Maka, seluruh yang ada di bumi adalah untuk kemashlahatan manusia.
Berdasarkan perspektif ini, menggunakan hewan sebagai bahan uji riset
diperbolehkan.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali-Imran: 190-191).
Namun,
dalam perspektif lain Rasulullah SAW melarang umatnya untuk menyiksa binatang
dan memerintahkan mebunuh dan menyembelih dengan cara yang baik. Jelas dalam
riset termasuk penyiksaan terhadap binatang, namun tidak ada larangan yang
tertulis dalam Al-Qur’an “penyiksaan” terhadap hewan untuk penelitian demi
kemashlahatan yang lebih baik.
Dari
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membolehkan pengujian obat-obatan
dalam hal ini madu dan jinten hitam yang terkait dengan penyelamatan nyawa
(manusia) menggunakan hewan uji sebelum dinyatakan aman untuk digunakan pada
manusia. Wallahua’lam.
Sekian. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca. Semoga artikel ini dapat menjadi cahaya yang akan menuntun kita ke Surga-Nya. Aamiin.
Wassalamualaikum, R!